pbis, ut, pbis ut, fkip, universitas terbuka, pendidikan bahasa inggris

Dosen PBIS FKIP UT Tuai Apresiasi Positif dalam The 4th ICONESIA 2025 Surabaya

Dosen PBIS FKIP UT Tuai Apresiasi Positif dalam The 4th ICONESIA 2025 Surabaya

PBIS FKIP UT, SurabayaEnglish Studies Association in Indonesia (ESAI) bersama Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menyelenggarakan kegiatan The 4th International Conference on English Studies in Indonesia (ICONESIA) 2025 di kampus Untag Surabaya, pada Selasa–Rabu (28–29/10/2025).

Kegiatan berskala internasional ini dihadiri oleh puluhan perguruan tinggi di bawah payung ESAI serta peserta dari Malaysia, Australia, dan Filipina. Selain konferensi, ESAI dan Untag juga melaksanakan Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) ESAI 2025 untuk mengukuhkan program studi baru yang tergabung sebagai anggota serta menetapkan Capaian Pembelajaran Minimum (CPM) bagi Program Studi Vokasi dan Magister Sastra.

Dalam kegiatan tersebut, Dwi Rezki Hardianto, M.A., Dosen dengan bidang kepakaran sastra dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBIS), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Terbuka (UT) turut menjadi salah satu pemakalah yang mempresentasikan hasil penelitiannya berjudul “A Distant Reading Experiment: Interpreting the Poetic Voice on Hughes’s Poems (1921–1967).”

Dwi menjelaskan bahwa topik yang ia usung berangkat dari fenomena perubahan paradigma pembacaan dalam studi sastra modern, yaitu close reading.

“Dalam presentasi tersebut, saya mengangkat topik distant reading karena topik ini masih jarang disentuh, apalagi di Indonesia. Hingga saat ini baru dua orang, ditambah saya berhasil melakukan penelitian ini di Indonesia, khususnya di bidang sastra,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa penelitian ini tidak bermaksud menggugat tradisi close reading, melainkan menawarkan alternatif pendekatan pembacaan yang relevan dengan perkembangan digital humanities.

“Saat ini dunia humaniora telah bergeser ke ruang digital, sehingga cara membaca pun ikut berubah. Distant reading memungkinkan kita membaca korpus teks yang sangat besar—hingga jutaan, bahkan miliaran data. Dalam konteks ini saya menjadi pembaca kedua atas hasil pembacaan mesin yang dianggap sebagai proses membaca pertama,” tambahnya.

“Hasilnya penelitian ini mendapatkan tanggapan yang luar biasa positifnya dari seluruh peserta dan panelis karena penelitian ini termasuk masih baru dan mutakhir di dalam lingkungan akademisi sastra di Indonesia, “ pungkasnya.

Kegiatan konferensi ini berjalan dengan lancar hingga penutupan. Penyelenggaraan ICONESIA menjadi momentum penting bagi ESAI dan seluruh anggota untuk terus memperkuat kolaborasi riset serta diseminasi keilmuan Bahasa Inggris di Indonesia. (*)